Money.nikaniku.com – Momok Resesi Patahkan Euro Di Tengah Kenaikan Inflasi. Pasangan mata uang EUR/USD merosot lebih dari 1 persen sampai level terendah 1.0365 pada perdagangan hari Jumat (2/7/2022). Publikasi information inflasi Zona Euro menunjukkan peningkatan harga dengan laju yang melampaui ekspektasi pasar. Laporan tersebut memperkuat ekspektasi kenaikan suku bunga Zona Euro, tetapi juga meningkatkan kecemasan pasar terhadap risiko resesi.
Eurostat melaporkan bahwa laju inflasi meningkat 8.6 persen (Year-on-Year) pada periode Juni 2022. Angka tersebut lebih tinggi daripada laju inflasi Mei yang sebesar 8.1 persen, sekaligus melampaui ekspektasi konsensus yang hanya 8.4 persen.
Ini berarti laju inflasi terus terakselerasi di negara Zona Euro, meskipun sejumlah negara telah melaporkan perlambatan laju inflasi bulanan. Para pakar mengatakan bahwa penurunan inflasi di Jerman baru ini berkaitan dengan distribusi subsidi pemerintah, tetapi bukan merupakan akhir dari kenaikan laju harga.
Bank sentral Eropa (ECB) akan menggelar rapat kebijakan pada tanggal 21 Juli mendatang. Berdasarkan sejumlah pernyataan pejabat ECB sebelumnya, bank sentral akan mengumumkan kenaikan suku bunga guna mengendalikan inflasi. Tapi, sikap hawkish ECB di tengah kenaikan inflasi ini justru menumbuhkan kekuatiran di kalangan pelaku pasar. Apabila ECB menaikkan suku bunga dengan cepat, kebijakan itu bisa semakin menekan pertumbuhan ekonomi dan benar memicu resesi.
Information aktivitas bisnis Zona Euro belakangan ini menunjukkan bahwa force pertumbuhan sudah benar kehilangan energi. Para ekonom memperkirakan Zona Euro akan mengalami resesi dalam tahun ini atau tahun 2023.
Ekonom dari Berenberg Bank memperkirakan Zona Euro akan mengalami resesi pada tahun 2023 dengan penurunan GDP sebesar 0.8 persen. Namun, tekanan ekonomi lebih lanjut dari krisis energi dan pangan yang dipicu oleh perang Rusia-Ukraina dapat mempercepat terjadinya resesi.
Ada pula analis yang menilai ECB kemungkinan tak berani menaikkan suku bunga terlalu banyak dalam situasi kritis seperti ini. Estimasi konsensus masih menilai ECB lebih mungkin menaikkan suku bunga sebanyak 25 premise poin daripada 50 premise poin. Namun, “rate climb” yang berjumlah sedikit juga akan mengurangi minat financial backer pada aset berdenominasi euro. Masalahnya, bank sentral lain – khususnya The Fed-dapat menaikkan suku bunga lebih tinggi.